Penilaian
kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran
penilaian. Hal utama dari penilaian ini adalah teknik-teknik (seperti
pola-pola skala) yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan
serta validitas penilaian. Penelitian ini menjadi khas karena
model-model yang disampaikan tidak memudahkan penggabungan antara ilmu
dan aplikasinya dalam penilaian kinerja.Hal ini disebabkan karena mereka
tidak mengidentifikasikan variabel-variabel yang sangat penting dalam
penilaian dan mereka gagal mencapai tujuan sehingga diperlukan
pendekatan penelitian dan praktik yang lain.
Sebuah
kemajuan dalam memberikan perkiraan penilaian perspektif
sosialpsikologis bahwa peran konteks penilaian mendapatkan perhatian
yang lebih besar. Lebih lanjut, perspektif ini menyebabkan para ahli
ilmu jiwa lebih memiliki kesempatan menyelidiki masalah-masalah
psikologis dan sosial-psikologis dengan proses penilaian. Hal ini akan
menimbulkan pertanyaan apakah peran keadaan sosial dan norma-norma
organisasi dalam proses penilaian atau apakah peran proses sosialisasi
dalam pengembangan norma-norma dan standar kinerja.
B. Definisi Penilaian Kinerja
B. Definisi Penilaian Kinerja
Dalam
berbagai literatur pengembangan sumber daya manusia, digunakan berbagai
istilah untuk kegiatan menilai prestasi kerja pegawai. Mulai dari
istilah performance appraisal, employee evaluation, performance
measurement, employee assessment, performance evaluation sampai pada
employee’s performance evaluation.
Hasil
kerja atau karya pegawai yang dihasilkan dari gabungan atau resultante
antara kemampuan serta semangat pegawai merupakan aspek penentu prestasi
kerja yang mewujudkan pada kinerja dan produktivitasnya.
Dalam
kaitannya dengan kebijakan personalia berdasarkan merit system, maka
penilaian karya pegawai sebagai “proses sistematik untuk menilai segenap
perilaku kerja pegawai dalam kurun waktu kerja tertentu yang akan
menjadi dasar penetapan kebijakan personalia dan pengembangan pegawai.”
Dalam
definisi tersebut terkandung maksud bahwa, yang disebut sebagai
sistemmatik adalah terkait dengan adanya kejelasan tujuan, tahap-tahap
pelaksanaan, metode serta kurun waktu penilaian pegawainya. Sedangkan
yang dimaksud dengan segenap perilaku kerja pegawai adalah meliputi
perilaku nampak (overt behaviour) dan perilaku tak nampak (covert
behaviour)
C. Tujuan Penilaian Kinerja
Pada hakekatnya terdapat dua tujuan utama dari kegiatan penilaian karya pegawai, yakni untuk kepentingan administratif serta dalam rangka peningkatan kinerja pegawai.
1. Penilaian karya pegawai untuk tujuan administrasi personalia,karena hasil penilaian karya pegawai akan menjadi dasar untuk:
a. Penetapan naik atau turunnya penghasilan pegawai.
b. Penetapan kepesertaan pelatihan pegawai.
c. Penetapan jenjang karir jabatan pegawai dalam wujudnya sebagai promosi, rotasi atau demosi jabatan.
d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja dan produktivitas organisasi dan unit kerja pada umumnya serta individu-individu pegawai dalam setiap jabatan mereka khususnya.
2. Penilaian karya pegawai untuk tujuan pengembangan diri pegawai, adalah meliputi:
a. Sebagai dasar untuk mengidentifikasikan kelebihan atau kekurangan pegawai sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam melibatkan pegawai dalam program-program pengembangan pegawai.
b. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan kerja serta meningkatkan motivasi kerja pegawai.
c. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan atau pejabat penilai dalam mengamati perilaku kerja pegawai secara keseluruhan
D. Metode Penilaian Kinerja
Sampai pada saat ini dikenal adanya tujuh metode penilaian untuk mengukur prestasi kerja pegawai, yakni 1)rating scale, meliputi (a) skala grafik; (b) skala multiplestep, (c) skala behavior; 2) cheklist, meliputi (a) weghted cheklist; (b) force-choice checklist; 3) employee comparison, meliputi (a) forced –rank, (b) paired comparison, (c) forced distribution; 4) critical incident; 5) essay evaluation; 6) management by objektive / MbO; 7) assesment center.
1. Rating Scales.
C. Tujuan Penilaian Kinerja
Pada hakekatnya terdapat dua tujuan utama dari kegiatan penilaian karya pegawai, yakni untuk kepentingan administratif serta dalam rangka peningkatan kinerja pegawai.
1. Penilaian karya pegawai untuk tujuan administrasi personalia,karena hasil penilaian karya pegawai akan menjadi dasar untuk:
a. Penetapan naik atau turunnya penghasilan pegawai.
b. Penetapan kepesertaan pelatihan pegawai.
c. Penetapan jenjang karir jabatan pegawai dalam wujudnya sebagai promosi, rotasi atau demosi jabatan.
d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja dan produktivitas organisasi dan unit kerja pada umumnya serta individu-individu pegawai dalam setiap jabatan mereka khususnya.
2. Penilaian karya pegawai untuk tujuan pengembangan diri pegawai, adalah meliputi:
a. Sebagai dasar untuk mengidentifikasikan kelebihan atau kekurangan pegawai sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam melibatkan pegawai dalam program-program pengembangan pegawai.
b. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan kerja serta meningkatkan motivasi kerja pegawai.
c. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan atau pejabat penilai dalam mengamati perilaku kerja pegawai secara keseluruhan
D. Metode Penilaian Kinerja
Sampai pada saat ini dikenal adanya tujuh metode penilaian untuk mengukur prestasi kerja pegawai, yakni 1)rating scale, meliputi (a) skala grafik; (b) skala multiplestep, (c) skala behavior; 2) cheklist, meliputi (a) weghted cheklist; (b) force-choice checklist; 3) employee comparison, meliputi (a) forced –rank, (b) paired comparison, (c) forced distribution; 4) critical incident; 5) essay evaluation; 6) management by objektive / MbO; 7) assesment center.
1. Rating Scales.
Metode
ini merupakan penilaian oleh atasan terhadap pegawai yang menjadi
bawahannya berdasarkan sifat-sifat atau Karakteristik. Faktor-faktornya
Teknis Pelaksanaannya adalah, para atasan mengidentifikasikan serta
menentukan faktor-faktor apa yang dianggap penting dari tugas-tugas
jabatan yang hendak diukur melalui penentuan parameternya. Terdapat (3
)jenis metode rating scale, yaitu:
a. Skala grafik, dalam metode ini penilai memberikan tanda (√;Χ;0) pada skala penilaian yang merupakan hasil penilaian dan dianggap sebagai posisi setepatnya yang mewakili diri pegawai yang dinilai. Tahap pemilihan faktor-faktor yang harus diukur dari para pegawai adalah merupakan bagian yang penting dan menentukan dari penggunaan sistem skala grafik. Terdapat dua jenis faktor yang lazim dipertimbangkan, yaitu;
1) Sifat-sifat khusus, seperti motivasi dan inisiatif.
2) Kontribusi, seperti jumlah dan mutu kerja.
Contoh Skala Grafik
b. Skala-multi-step, pada metode penilaian ini para penilai dihadapkan sejumlah kategori alternatif yang harus dipilihnya.
c. Skala penilaian berbasis perilaku (behavioral anchored rating scales/BARS), yang harus memfomulasikan terlebih dahulu faktor-faktor serta dimensi dari sifat dan karakteristik jabatan ke dalam bentuk perilaku yang bisa diukur dan menjadi dasar penetapan skala penilaian. Skala penilaian berbasis perilaku ini meliputi 2 (dua) jenis yaitu:
1) Skala perilaku harapan (behaviour expectation scales / BES), dengan dasarnya yang berupa uraian guna membantu penilai untuk merumuskan perilaku pegawai sebagai diatas rata-rata, rata-rata atau di bawah rata-rata :
Contoh Skala Penilaian Berdasarkan Perilaku Harapan (Behaveur Expectation scale)
2) Skala pengamatan perilaku (behaviour observatioan scale / BOS). Jika kita menggunakan skala BES, maka pengesahan suatu dasar perilaku di atas titik netral juga nampak akan memasukkan perilaku dari titk netral ke atas. Misalkan jika seorang pegawai mendapatkan nilai 6, maka hal itu juga berarti bahwa dia diharapkan untuk menunjukkan perilaku taraf 5;4;dan 3
Contoh Model Skala Pengamatan Perilaku
2. Cheklist
a. Skala grafik, dalam metode ini penilai memberikan tanda (√;Χ;0) pada skala penilaian yang merupakan hasil penilaian dan dianggap sebagai posisi setepatnya yang mewakili diri pegawai yang dinilai. Tahap pemilihan faktor-faktor yang harus diukur dari para pegawai adalah merupakan bagian yang penting dan menentukan dari penggunaan sistem skala grafik. Terdapat dua jenis faktor yang lazim dipertimbangkan, yaitu;
1) Sifat-sifat khusus, seperti motivasi dan inisiatif.
2) Kontribusi, seperti jumlah dan mutu kerja.
Contoh Skala Grafik
b. Skala-multi-step, pada metode penilaian ini para penilai dihadapkan sejumlah kategori alternatif yang harus dipilihnya.
c. Skala penilaian berbasis perilaku (behavioral anchored rating scales/BARS), yang harus memfomulasikan terlebih dahulu faktor-faktor serta dimensi dari sifat dan karakteristik jabatan ke dalam bentuk perilaku yang bisa diukur dan menjadi dasar penetapan skala penilaian. Skala penilaian berbasis perilaku ini meliputi 2 (dua) jenis yaitu:
1) Skala perilaku harapan (behaviour expectation scales / BES), dengan dasarnya yang berupa uraian guna membantu penilai untuk merumuskan perilaku pegawai sebagai diatas rata-rata, rata-rata atau di bawah rata-rata :
Contoh Skala Penilaian Berdasarkan Perilaku Harapan (Behaveur Expectation scale)
2) Skala pengamatan perilaku (behaviour observatioan scale / BOS). Jika kita menggunakan skala BES, maka pengesahan suatu dasar perilaku di atas titik netral juga nampak akan memasukkan perilaku dari titk netral ke atas. Misalkan jika seorang pegawai mendapatkan nilai 6, maka hal itu juga berarti bahwa dia diharapkan untuk menunjukkan perilaku taraf 5;4;dan 3
Contoh Model Skala Pengamatan Perilaku
2. Cheklist
Pendekatan
subyektif lainnya terhadap penilaian pegawai adalah dengan menggunakan
metode checklist yang dapat pula diberi artian sebagai daftar periksa.
Dalam metode penilaian ini, para penilai dihadapkan pada daftar
pernyataanpernyataan khusus berikut pencantuman pilihan nilainya:
TABEL 2.5
Contoh Model Forced-Choice Checklist
3. Employee Comparison Metode penilaian pegawai dengan cara membandingkan antara satu pegawai terhadap
pegawai lainnya terdiri atas 3 (tiga) macam, yakni:
a. Forced-rank,dalam hal ini penilai diminta untuk membuat urutan atau peringkat (rangking) pegawai yang dinilai, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi
Tabel 2.6
Contoh model Forced-Rank dari Employee Comparison
b. Paired Comparison, metode ini berkaitan dengan proses pengambilan keputusan oleh penilai. Prosedurnya adalah:
1) Penilai diminta untuk membandingkan setiap pasangan pegawai.
2) Penilai memutuskan siapa di antara keduanya yang paling menonjol.
c. Forced Distribution, dengan metode ini para penilai dipaksa membuat pengelompokan para pegawai ke dalam suatu skala prosentase sesuai dengan faktor penilaian prestasi kerja pegawainya. Metode ini bisa digunakan bila :
1) Jumlah pegawai yang dinilai 30 orang atau lebih.
2) Variasi Karkter individunya cukup menonjol (heterogen).
3) Kecakapan kerja pegawai diasumsikan membentuk kurva normal.
Dengan metode ini kelompok pegawai dibagi-bagi lagi ke dalam urutan Kategori penilaian sebagai berikut:
1) Istimewa
2) Di atas rat-rata
3) Rata-rata
4) Di bawah rata-rata
5) Buruk
4. Critical Incident
TABEL 2.5
Contoh Model Forced-Choice Checklist
3. Employee Comparison Metode penilaian pegawai dengan cara membandingkan antara satu pegawai terhadap
pegawai lainnya terdiri atas 3 (tiga) macam, yakni:
a. Forced-rank,dalam hal ini penilai diminta untuk membuat urutan atau peringkat (rangking) pegawai yang dinilai, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi
Tabel 2.6
Contoh model Forced-Rank dari Employee Comparison
b. Paired Comparison, metode ini berkaitan dengan proses pengambilan keputusan oleh penilai. Prosedurnya adalah:
1) Penilai diminta untuk membandingkan setiap pasangan pegawai.
2) Penilai memutuskan siapa di antara keduanya yang paling menonjol.
c. Forced Distribution, dengan metode ini para penilai dipaksa membuat pengelompokan para pegawai ke dalam suatu skala prosentase sesuai dengan faktor penilaian prestasi kerja pegawainya. Metode ini bisa digunakan bila :
1) Jumlah pegawai yang dinilai 30 orang atau lebih.
2) Variasi Karkter individunya cukup menonjol (heterogen).
3) Kecakapan kerja pegawai diasumsikan membentuk kurva normal.
Dengan metode ini kelompok pegawai dibagi-bagi lagi ke dalam urutan Kategori penilaian sebagai berikut:
1) Istimewa
2) Di atas rat-rata
3) Rata-rata
4) Di bawah rata-rata
5) Buruk
4. Critical Incident
Metode
penilaian pegawa ini melibatkan para atasan yang harus mencatat semua
kejadian-kejadian kritis yang dinilai penting (critical incident) dari
perilaku pegawai yang biasa maupun yang luar biasa berdasarkan tampilan
kejadian sehari-harinya
Misalkan saja untuk tingkatan manajer maka kriteria-kriteria yang dapat dipakai antara lain adalah :
a. Kemampuan merencanakan.
b. Pengambilan keputusan.
c. Kesediaan mendelegasikan wewenang.
d. Pembuatan laporan.
e. Hubungan interpersonal dan sebagainya.
Untuk peningkatan para staf atau pelaksana, jenis-jenis kriteria yang dapat dipakai adalah dapat berupa:
a. Tanggung jawab.
b. Prakarsa atau inisiatif.
c. Kerja sama dengan rekan sekerja.
d. Disiplin dan sebagainya.
5. Essay Evaluation
Misalkan saja untuk tingkatan manajer maka kriteria-kriteria yang dapat dipakai antara lain adalah :
a. Kemampuan merencanakan.
b. Pengambilan keputusan.
c. Kesediaan mendelegasikan wewenang.
d. Pembuatan laporan.
e. Hubungan interpersonal dan sebagainya.
Untuk peningkatan para staf atau pelaksana, jenis-jenis kriteria yang dapat dipakai adalah dapat berupa:
a. Tanggung jawab.
b. Prakarsa atau inisiatif.
c. Kerja sama dengan rekan sekerja.
d. Disiplin dan sebagainya.
5. Essay Evaluation
Prosedur
yang dilakukan metode ini adalah berupa penugasan atau meminta penilai
untuk menyusun suatu karya tulis (essay) yang isinya bisa menggambarkan
tentang kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan setiap personil yang
dibawahinya. Biasanya uraian tulisan dikelompokkan di bawah topik atau
judul tertentu seperti :
a. Prakasa atau inisiatif.
b. Kerja sama.
c. Pengetahuan jabatan.
d. Hasil kerja dan sebagainya.
6. Manajemen Berdasarkan Sasaran ( Management by Objektive )
a. Prakasa atau inisiatif.
b. Kerja sama.
c. Pengetahuan jabatan.
d. Hasil kerja dan sebagainya.
6. Manajemen Berdasarkan Sasaran ( Management by Objektive )
Metode
penilaian pegawai yang berorientasi pada hasil akhir atau final result
oriented dan disebut MbO ini digunakan untuk mengatasi
kekurangankekurangan dari metode penilaian lainnya yang lebih berfokus
Pada proses. Pendekatan penilaian pegawai ini didasarkan pada perumusan
sasaran-sasaran prestasi yang umumnya kuantitatif dan dapat diukur serta
kerapkali ditentukan bersama oleh atasan dan bawahannya. Prosedur dari
metode penilaian MbO ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a. Setiap bawahan diminta untuk menentukan bagi dirinya sendiri sasaran atau target prestasi kerja jangka pendek beserta cara-cara bagaimana ia dapat memperbaiki pola kerjanya sendiri serta pola kerja dari unitnya.
b. Atasan dan bawahan bersama-sama membicarakan apa yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut dan untuk menyesuaikan terhadap organisasi sebagai keseluruhan.
c. Pada akhir masa penilaian yang ditetapkan (misalkan 6 bulan ) mereka bertemu lagi untuk menilai apakah sasaran-sasaran dapat dicapai dengan baik, membahas perihal apa saja yang dapat diperbaiki dan menetapkan sasaran-sasaran baru untuk masa penilaian berikutnya. Sebagai upaya untuk saling mengisi, maka atasan menuliskan hasil penilaian yang terperinci mengenai bawahannya dan bawahannya menuliskan prestasi kerja yang dapat atau tidak dapat dicapainya.
7. Assessment Center
a. Setiap bawahan diminta untuk menentukan bagi dirinya sendiri sasaran atau target prestasi kerja jangka pendek beserta cara-cara bagaimana ia dapat memperbaiki pola kerjanya sendiri serta pola kerja dari unitnya.
b. Atasan dan bawahan bersama-sama membicarakan apa yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut dan untuk menyesuaikan terhadap organisasi sebagai keseluruhan.
c. Pada akhir masa penilaian yang ditetapkan (misalkan 6 bulan ) mereka bertemu lagi untuk menilai apakah sasaran-sasaran dapat dicapai dengan baik, membahas perihal apa saja yang dapat diperbaiki dan menetapkan sasaran-sasaran baru untuk masa penilaian berikutnya. Sebagai upaya untuk saling mengisi, maka atasan menuliskan hasil penilaian yang terperinci mengenai bawahannya dan bawahannya menuliskan prestasi kerja yang dapat atau tidak dapat dicapainya.
7. Assessment Center
Assessment
center pertamanya berkembang di lingkup militer jerman pada masa perang
dunia II dan bertujuan memilih para calon perwira unggulan yang akan
maju ke medan laga. Yang diidentifikasikan melalui metode assessment
center secara umu meliputi tiga aspek, yaitu kecerdasan, kepribadian
serta keterampilan manajerial. Metode yang digunakan dalam assessment
center adalah berupa:
a. Psychological-test, terdiri atas serangkaian test untuk mengidentifikasi taraf
kecerdasan melalui jenis-jenis achievement-test yang mengukur kemampuan numerikal, verbal, daya tangkap, daya nalar serta test kepribadian melalui test-test proyektif dan minat.
b. Simulation execises, terdiri atas beberapa kegiatan simulatif untuk mengidentifikasikan aspek managerial skill pegawai melalui pelaksanaan inbasket exercise yang berisikan berbagai nota dinas, surat perintah, laporan, cacatan telepon yang harus dijawab seluruhnya sekaligus dalam waktu singkat
E. Faktor Penilaian Kinerja
a. Psychological-test, terdiri atas serangkaian test untuk mengidentifikasi taraf
kecerdasan melalui jenis-jenis achievement-test yang mengukur kemampuan numerikal, verbal, daya tangkap, daya nalar serta test kepribadian melalui test-test proyektif dan minat.
b. Simulation execises, terdiri atas beberapa kegiatan simulatif untuk mengidentifikasikan aspek managerial skill pegawai melalui pelaksanaan inbasket exercise yang berisikan berbagai nota dinas, surat perintah, laporan, cacatan telepon yang harus dijawab seluruhnya sekaligus dalam waktu singkat
E. Faktor Penilaian Kinerja
Sembilan Kriteria faktor penilaian karya pegawai, yaitu berupa :
a. Reliable, measure atau harus mengukur perilaku kerja dan hasilnya secara obyektif.
b. Content valid atau secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja.
c. Defined specific atau meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang dapat diidentifikasikan.
d. Independent atau perilaku kerja dan hasil kerja yang penting harus tercakup dalam kriteria yang komprehensif.
e. Non-overlaping atau tidak ada tumpang tindih antar Kriteria.
f. Comprehensive atau perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak penting harus dikeluarkan.
g. Accessible atau kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara komprehensif.
h. Compatible atau kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya organisasi.
i. Up to date atau sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang menilik kemungkinan adanya perubahan organisasi.
F. TOLAK UKUR KINERJA (PERFORMANCE STANDARD)
a. Reliable, measure atau harus mengukur perilaku kerja dan hasilnya secara obyektif.
b. Content valid atau secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja.
c. Defined specific atau meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang dapat diidentifikasikan.
d. Independent atau perilaku kerja dan hasil kerja yang penting harus tercakup dalam kriteria yang komprehensif.
e. Non-overlaping atau tidak ada tumpang tindih antar Kriteria.
f. Comprehensive atau perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak penting harus dikeluarkan.
g. Accessible atau kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara komprehensif.
h. Compatible atau kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya organisasi.
i. Up to date atau sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang menilik kemungkinan adanya perubahan organisasi.
F. TOLAK UKUR KINERJA (PERFORMANCE STANDARD)
Tolak
ukur kinerja atau performance standar adalah daerah atau wilayah
kinerja jabatan atau unit kerja perusahaan yang dapat diterima atau
ditolak terkait dengan upaya perusahaan untuk mencapai visi dan misinya.
Istilah ini jika diterapkan untuk jabatan akan menjadi pagu atau tolak
ukur kinerja jabatan dan lazim pula disebut sebagai job performance
standard. Sedangkan bila diterapkan pada unit kerja perusahaan akan
menjadi pagu atau tolak ukur kinerja unit kerja atau organization unit
performance standard. Dari bagian pada Gambar 2.2 tersebut nyata benar
peran penting dan strategik dari sebuah tolak ukur kinerja jabatan dalam
upaya nyata perusahaan untuk mencapai misi perusahaan dapat digapai
secara sistematik.
G. MANAJEMEN KARIER
1. Mengembangkan Diri
G. MANAJEMEN KARIER
1. Mengembangkan Diri
Mungkin
belum pernah terlintas dalam pikiran, bahwa suatu kesempatan besar akan
datang dan membawa keberuntungan di masa mendatang. Segala sesuatu
bergerak dengan cepat dalam organisasi tanpa peringatan terlebih dahulu.
Begitu kesempatan datang, maka seseorang harus sudah siap untuk
menerima kesempatan tersebut, sudah tentu jumlah pertimbangan yang
diperoleh akan ditentukan oleh catatan prestasi yang dimiliki oleh
pribadi masing- masing. Ini berarti bahwa pada waktu memulai pekerjaan
yang pertama seseorang hjarus dapat membayangkan prospek masa depannya
meskipun masa depan belum dianggap penting pada saat itu, tetapi
seseorang harus berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh dan berusaha
untuk mencapai prestasi kerja sebaik mungkin.
Dengan
belajardari pengalaman, mengamati sebab keberhasilan orang lain dan
tidak mengulangi kesalahan yang dibuatnya, seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik dan lebih cepat, sehingga dapat dengan mudah
dan benar-benar tahu apa yang harus dikerjakan. Kemampuan kerja
seseorang dapat menarik perhatian seorang pemimpin dan rekan-rekan
sekerja, serta membuka kesempatan bagi orang termaksud untuk lebih cepat
menduduki jabatan yang lebih baik.
Promosi
adalah kenaikan jabatan, yakni menerima wewenang dan tanggungjawab yang
belum dimiliki sebelumnya. Promosi tidak selalu diikuti dengan kenaikan
gaji. Gaji dapat tetap, tapi pada umumnya bertambah besarnya wewenang
dan tanggungjawab seseorang, bertambah besar pula balas jasa yang
diterimanya. Dengan promosi, dimaksudkan bahwa kepada seseorang
diberikan jabatan yang lebih tinggi, dimana ia mempunyai tugas wewenang
dan tanggungjawab yang lebih besar, jika dibandingkan dengan tugas,
wewenang dan tanggungjawab yang dipegang sebelumnya. Hal ini dimaksudkan
untuk mengembangkan lebih lanjut karier seseorang.
Dalam
rangka mencapai kemajuan, seseorang terlebih dahulu harus bersikap
dinamis dan lebih banyak memberikan jasa pada organisasi tempat ia
bekerja, tanpa mengharapkan suatu ambisi yang berlebihan serta tidak
terlalu mengharapkan imbalan
jasa. Disamping itu seseorang harus berusaha untuk dapat memanfaatkan kesempatan, sehingga dapat membuktikan bahwa ada kesanggupan untuk menangani pekerjaan yang lebih besar. Pekerjaan yang memerlukan tanggungjawab yang lebih besar merupakan tantangan bagi seseorang untuk lebih maju. Setiap tanggungjawab baru akan membuat seseorang untuk lebih dapat berdiri sendiri dan berguna di kantor, serta dapat memberikan pengalaman yang lebih luas kepadanya. Kemungkinan kesempatan tersebut datang dari diri seseorang sendiri, misalnya dengan menemukan cara yang lebih efisien dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan atau penyampaian ide baru yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
jasa. Disamping itu seseorang harus berusaha untuk dapat memanfaatkan kesempatan, sehingga dapat membuktikan bahwa ada kesanggupan untuk menangani pekerjaan yang lebih besar. Pekerjaan yang memerlukan tanggungjawab yang lebih besar merupakan tantangan bagi seseorang untuk lebih maju. Setiap tanggungjawab baru akan membuat seseorang untuk lebih dapat berdiri sendiri dan berguna di kantor, serta dapat memberikan pengalaman yang lebih luas kepadanya. Kemungkinan kesempatan tersebut datang dari diri seseorang sendiri, misalnya dengan menemukan cara yang lebih efisien dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan atau penyampaian ide baru yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Setiap
individu pada umumnya ingin maju, berkembang dan sukses, namun tidak
banyak individu yang tahu kemana dan bagaimana pengembangan tersebut
dilakukan. Beberapa hal yang dapat dipakai oleh setiap individu untuk
mengembangkan dirinya, antara lain:
1. Berusaha mengenal diri sendiri.
2. Berusaha mengenal kekuatan diri sendiri.
3. Berusaha mengenal kelemahan diri sendiri.
4. Berusaha mengembangkan interaksi dan komunikasi terbuka dengan lingkunag yang positif dan edukatif.
5. Membiasakan diri selalu mengadakan kritik terhadap diri sendiri, mengevaluasi diri, dan mengembangkan rasa humor.
6. Mencoba menerima keadaan secara rasional dan objektif.
7. Membiasakan diri selalu mengadakan pengecekkan, dan teliti dalam setiap tindakan.
8. Memiliki tujuan dalam tahapan waktu yang terprogram.
9. Tidak mengimitasikan diri pada seseorang, tetapi mendiri.
2. Pengelolaan Karir
1. Berusaha mengenal diri sendiri.
2. Berusaha mengenal kekuatan diri sendiri.
3. Berusaha mengenal kelemahan diri sendiri.
4. Berusaha mengembangkan interaksi dan komunikasi terbuka dengan lingkunag yang positif dan edukatif.
5. Membiasakan diri selalu mengadakan kritik terhadap diri sendiri, mengevaluasi diri, dan mengembangkan rasa humor.
6. Mencoba menerima keadaan secara rasional dan objektif.
7. Membiasakan diri selalu mengadakan pengecekkan, dan teliti dalam setiap tindakan.
8. Memiliki tujuan dalam tahapan waktu yang terprogram.
9. Tidak mengimitasikan diri pada seseorang, tetapi mendiri.
2. Pengelolaan Karir
Agar
dapat menentukan tindakan yang ingin kita lakukan dalam hal karir, kita
perlu melalui satu proses yang amat sederhana, yaitu proses perencanaan
karir. Itu bukannya suatu persoalan dalam merencanakan kehidupan kita,
melainkan sekedar cara dalam menyortir sasaran-sasaran jangka pendek
kita, dalam menentukan apa yang harus kita lakukan berikutnya di dalam
karir kita. Proses ini dapat diterapkan pada tahap manapun dalam
kehidupan kita: untuk beralih karir, atau untuk perencanaan karir awal,
untuk berbagai keputusan karir.
untuk berbagai keputusan karir.
Bagaimana
mangikutinya? Cukup kita ikuti tahap-tahap yang digambarkan di bawah
ini dan kita harus sampai pada beberapa jawaban dari pertanyaan semacam:
Karir apa yang cocok bagi kita? Pilihan apa yang ada pada kita?
Bagaimana kita dapat membuat keputusan?
Langkah-Langkah yang Ditempuh
• Menilai diri sendiri : Kenalilah kelebihan-kelebihan kita, kemampuan kita, minat kita dan berbagai atribut persoalan lainnya. Simaklah pengalaman kita sebelumnya. Gambarkan hasil temuan kita dalam suatu bentuk ringkasan atau rekaman.
• Meneliti gagasan dan kesempatan : Menengok kesempatan pada masa mendatang. Mencari dan mempertimbangkan informasi yang relevan. Menandai sumbersumber bantuan dan dukungan.
• Membuat hubungan-hubungan : Dapatka umpan balik dari perkembangan karir kita. Kenali prioritas-prioritas dan dorongan-dorongan pribadi. Gabungkan hasilhasil penilaian diri dengan pilihan-pilihan yang ada pada kita.
• Melakukan tindakan : Tuliskan dan laksanakan suatu rencana kegiatan. Komunikasikan secara efektif baik secara lisan maupun tertulis untuk mencapai sasaran. Tinjau kembali kemajuan kita dan amati segi-segi yang perlu dipelajari bagi perencanaan karir kita di masa mendatang.
Menilai Diri Sendiri
Langkah-Langkah yang Ditempuh
• Menilai diri sendiri : Kenalilah kelebihan-kelebihan kita, kemampuan kita, minat kita dan berbagai atribut persoalan lainnya. Simaklah pengalaman kita sebelumnya. Gambarkan hasil temuan kita dalam suatu bentuk ringkasan atau rekaman.
• Meneliti gagasan dan kesempatan : Menengok kesempatan pada masa mendatang. Mencari dan mempertimbangkan informasi yang relevan. Menandai sumbersumber bantuan dan dukungan.
• Membuat hubungan-hubungan : Dapatka umpan balik dari perkembangan karir kita. Kenali prioritas-prioritas dan dorongan-dorongan pribadi. Gabungkan hasilhasil penilaian diri dengan pilihan-pilihan yang ada pada kita.
• Melakukan tindakan : Tuliskan dan laksanakan suatu rencana kegiatan. Komunikasikan secara efektif baik secara lisan maupun tertulis untuk mencapai sasaran. Tinjau kembali kemajuan kita dan amati segi-segi yang perlu dipelajari bagi perencanaan karir kita di masa mendatang.
Menilai Diri Sendiri
Ini
merupakan langkah teramat penting dalam proses pengelolaan karir dan
bagi sebagian besar orang inilah bagian yang paling sulit dan
menimbulkan sejumlah pertanyaan. Bagaimana saya melakukannya? Patokan
apa yang saya gunakan? Dengan siapa saya harus membandingkan diri saya?
Dengan jelas disebutkan bahwa ada tiga kriteria utama yang sangat vital dalam pengelolaan karir, yakni pengetahuan akan:
• Kemampuan dan keterampilan kita, misalnya, kemampuan dalam mencegah masalah, dalam berkomunikasi.
• Minat kita, misalnya, terhadap lingkungan, musik, olah raga
• Kelebihan-kelebihan kita, misalnya, keinginan untuk sukses, keinginan untuk membantu orang lain.
• Kemampuan dan keterampilan kita, misalnya, kemampuan dalam mencegah masalah, dalam berkomunikasi.
• Minat kita, misalnya, terhadap lingkungan, musik, olah raga
• Kelebihan-kelebihan kita, misalnya, keinginan untuk sukses, keinginan untuk membantu orang lain.
Dalam
proses ini kita tak perlu membuat perbandingan antara diri kita dengan
orang lain. Yang perlu kita lakukan adalah tindakan INTRAPERSONAL, yakni
membandingkan berbagai keterampilan dan minat kita untuk mengetahui
mana yang lebih penting. Ada berbagai macam cara untuk melaksanakan
tugas ini. Kita dapat meninjau ulang pengalaman terlebih dahulu dalam
mengenali minat dan kelebihan tertentu dalam diri kita. Kita dapat
mempergunakan serangkaian kuesioner atau sistem panduan komputer. Kita
juga dapat bertanya kepada orang lain mengenai kesan-kesan mereka
terhadap kepribadian-kepribadian dan kelebihan-kelabihan kita. Umpan
balik dari tindakan dapat mengejutkan, bahkan dapat pula menyakitkan,
tetapi itulah gambarannya.
Ada
sejumlah cara dalam menjalani proses peninjauan diri dan refleksi diri
semacam ini. Yang paling baik adalah mencoba berbagai cara untuk
menentukan jawaban-jawaban yang konsisten.
Setelah
kita mendapat beberapa kemajuan, akan berguna kiranya untuk
menyimpulkan hasil temuan kita dalam suatu profil atau risalah pribadi
dan karir yang akan mencatat semua hal mengenai diri kita yang relevan
terhadap keputusan karir kita. Sebagai contoh, barangkali kita akan
menemukan bahwa kita berkeinginan untuk memanfaatkan kualitas dengan
suatu cara tertentu, atau bahwa keterampilan kitadi tempat kerja
inginkita kembangkan lebih lanjut. Kita barangkali pula menyadari bahwa
beberapa pangalaman yang kita dapatkan secara cuma-cuma atau bersifat
main-main ternyata sangat berguna untuk menunjang rencana karir kita di
masa mendatang.
Menetapkan
Sasaran dan Merencanakan Tindakan yang Akan Kita Ambil Mengetahui
secara jelas apa yang akan kita lakukan adalah bagian utama dalam proses
perencanaan karir karena tindakan itu dapat meningkatkan rasa percaya
diri kita, disamping mempertegas tujuan kita. Apabila kita merasa
terperangkap dalam keputusasaan dan keraguan, penetapan sasaran akan
membantu kita merasa lebih optimis tentang masa depan dan membuat kita
lebih berani melakukan kontrol pada kehidupan kita. Ini merupakan salah
satu dari tujuan penetapan sasaran dan perencanaan tindakan. Lantas apa
keterkaitannya? Pada khususnya ada dua pertanyaan sederhana yang perlu
kita jawab: ‘Kemana arah hidup saya?’ dan ‘Bagaimana saya dapat
mencapainya?’
Apabila
merasa sulit menetapkansuatu jangkauan karir, kita dapat pula mendaftar
sejumlah pilihan dan, dalam rancangan tindakan yang kita buat, dapat
dijelaskan alasan kita memilih salah satu dari hal tersebut. Kita
barangkali perlu pula membuat perbedaan antara tujuan jangka pendek dan
jangka panjang. Pertanyaan yang penting kita jawab adalah ‘Bagaimana
saya tahu saya telah mencapai tujuan tersebut?’
Pengelolaan
karir berawal dari bagaimana diri kita sebenarnya. Pengenalan
kepribadian kita sendiri menentukan bagaimana karir yang akan kita
peroleh. Bagaimana kita bisa mencapai karir dengan sukses jika kita
sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya ada pada diri kita.
Kedisiplinan
dan penetapan sasaran adalah faktor yang menentukan dalam pengelolaan
karir kita. Disiplin membuat kita menjadi orang yang bertanggungjawab
dan penetapan sasaran menentukan bagaimana karir yang kita inginkan
dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar